Pages

5.7.10

Sok Asyik, Cuek, atau Kikuk..

Beberapa waktu belakangan ada pemandangan yang cukup menggelitik di sekitar saya. Setelah isu video panas merebak di media, orang-orang tampaknya terus membahas hal tersebut baik secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi. Ada yang penasaran sibuk bertanya dan mencari kiri kanan, lalu terus mengikuti kelanjutan balada video mirip artis ini; ada pula yang penasaran, mengikuti, dan menonton diam-diam; lalu ada yang tidak peduli namun akhirnya paham juga, karena isu ini sedang jadi trending topic, bukan cuma di twitter tp juga in real life.

Saya perhatikan ada orang-orang yang khusyuk menonton sendirian. Ada yang ramai-ramai nonton di depan satu pc atau laptop sambil tertawa2-tawa dan berkomentar; ada pula yang khidmat memandangi layar ponsel baik sendirian maupun berjamaah. Dan saat ada orang lain lewat di dekatnya, si penonton ponsel langsung tampak terkejut. Ahh!! Lucu sekali ekspresi orang-orang ini.

Tapi menurut saya yang paling menyebalkan adalah orang yang tiba-tiba datang lalu langsung heboh minta video teranyar mirip artis. Heran! Sebenarnya orang-orang sikapnya bagaimana ya?? Perilaku artis yang mirip aktor-aktris di video panas dihujat tapi videonya diburu. Sampai yang dijual pun laris manis bak kacang goreng..

Dasar manusiaaa.. Hah!! Capeekk deeh..

1.7.10

Gara-Gara Cincin

Sewaktu membeli perbekalan di sebuah mini market yang terletak di Jalur Pantura, saya melihat seorang wanita tua yang duduk di lantai tak jauh dari pintu masuk mini market. Terbersit keinginan untuk memberi sedikit uang pada wanita itu, karena saya menduga bahwa ia memang duduk di situ untuk mengemis.

Usai berbelanja dan berjalan ke mobil, saya bisa melihat wanita itu lebih jelas dan tiba-tiba urung memberikan uang sekadarnya. Kenapa?? Saya tidak bisa mengingat apakah wanita itu sebenarnya masih cukup muda untuk bekerja dan bukannya meminta-minta. Padahal hal itu sebenarnya bisa jadi alasan yang cukup kuat untuk mengurungkan niat sedekah. Namun bukan itu alasannya. Sebenarnya saya sekilas melihat sebentuk cincin serupa emas melingkar di jarinya. Hal yang ada di kepala saya saat itu, "Ia masih memakai cincin, kenapa harus mengemis?" Sesederhana itu, mungkin boleh juga dibilang, sepicik itu.

Setelah beberapa waktu, baru terpikir oleh saya, mungkin itu cincin pernikahan yang tidak ingin ia tanggalkan sampai kapan pun, meskipun pasangannya sudah pergi mendahuluinya. Atau mungkin itu adalah sebuah cincin pemberian orang tuanya, atau anaknya yang terkasih. Bisa jadi pula, cincin itu adalah harta terakhir yang ia miliki.

Betapa yang melekat pada diri kita bisa sangat mempengaruhi impresi orang lain. Meski sebenarnya, apa yang kita lihat, belum tentu sebuah kebenaran. Mata ini bisa dibuat buta oleh apa yang nampak. Dan apa yang dipandang mata dapat mengubah hati. Semoga di kemudian hari, apa yang nampak, tidak lagi menggagalkan niat yang sudah ada di hati. (Pantura, 2010)