Pages

20.9.14

Kebun Binatang Bandung

Hawa sejuk dan deretan pohon Palem Raja setinggi kurang lebih 20 meter menyambut langkah para pengunjung Taman Sari yang masuk melalui pintu utama, yakni dari Jalan Kebun Binatang. Semakin ke dalam, kedamaian dan kesejukan akan lebih terasa. Hal ini karena Kebun Binatang Bandung dinaungi ratusan pohon yang berusia puluhan tahun, dan tingginya mencapai 30 hingga 40 meter. Kerindangan barisan pepohonan ini mampu mempertahankan hawa sejuk, meski matahari sedang terik. 


Kebun Binatang Bandung, 2010.
Bagi yang ingin mencari ketenangan dan melarikan diri sejenak dari hikuk pikuk kota, tak ada salahnya untuk sesekali berkunjung ke Kebun Binatang Bandung. Asalkan bukan pada akhir minggu atau libur hari-hari besar, pengunjung kawasan ini tidak begitu ramai. Jadi, pengunjung masih dapat menikmati suasana tenang dan asri. Pikiran kusut dan segala keruwetan akan sedikit terobati dengan berjalan-jalan santai dalam kompleks ini. Belum lagi tingkah polah satwa yang lucu juga sangat menghibur. Salah satu contohnya adalah tingkah seekor kakak tua, yang rajin menyapa siapa pun yang melewati kandangnya. “Halo! Apa kabar?” itulah kata-kata yang kerap ia ucapkan. Ia kemudian akan mendekati pengunjung dan mematuk-matuk kawat yang melingkari kandangnya, seperti ingin diberi makan.

Area Kebun Binatang Bandung pada awalnya adalah sebuah taman yang bernama "Jubileumpark". Sejak pendiriannya taman ini sudah banyak mengalami perubahan. Pembenahan terkni dilakukan sejak tahun 2009. Jika dahulu tak jauh dari pintu masuk, kita akan disambut oleh “Si Belalai Panjang”, maka sekarang kandang gajah dipindahkan ke bagian belakang, berikut wahana gajah tunggangnya. Lokasi kandang gajah sebelumnya kini berfungsi sebagai tempat duduk dan bersantai pengunjung.

Demikian pula dengan kandang singa, harimau dan macan tutul. Dahulu kandang hewan buas ini berdampingan satu sama lain, dan dibatasi oleh jeruji besi. Kini, hewan buas yang umumnya termasuk satwa dilindungi ini, dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Kandang baru ini terletak di bagian utara. Area kandang terdiri dari kolam dan ruang terbuka yang cukup luas untuk dijelajahi. Adapun ruangan tertutup untuk menaungi satwa di kala hujan. Pembatas antara hewan buas dan pengunjung pun tak lagi berbentuk terali, melainkan kaca tebal. Pembenahan kandang dimaksudkan mendekati habitat asli, agar koleksi Kebun Binatang Bandung merasa lebih nyaman, meski dalam lingkungan fisik buatan.

Selain memiliki koleksi satwa hingga 218 jenis, dengan jumlah 1.135 ekor, Kebun Binatang Bandung juga memiliki koleksi tumbuh-tumbuhan yang tidak sedikit. Tanaman-tanaman langka juga dapat dijumpai di sini, salah satunya Pohon Mahoni Badak yang menjulang hingga 40 meter. Pohon ini tumbuh di lahan dekat gerbang masuk Jalan Taman Sari.

Sejarah Kebun Binatang atau yang dahulu sering disebut “derenten” memang lekat dengan taman botani yang menghimpun aneka tanaman hias dan tanaman keras. Sebelum area ini dimanfaatkan sebagai kebun bintang, tahun 1923 taman diresmikan dengan nama "Jubileumpark" untuk memperingati hari perayaan Ratu Wilhelmina dari Belanda. Dahulu sebuah prasasti yang menandai perayaan ini diletakkan di bagian belakang taman. Kini, seperti nasib enam patung peninggalan kolonial di Kota bandung, prasasti ini tak lagi diketahui keberadaannya. 


Tahun 1930, Jubileumpark kemudian berubah fungsi menjadi kebun binatang atas prakarasa Bandung Zoological Park (BZP), yang dipelopori oleh Hoogland, seorang direktur Bank DENIS. Kebun binatang ini kemudian mendapat pengesahan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 12 April 1933.
Selama masa pendudukan Jepang dan revolusi, Kebun Binatang Bandung sempat telantar, hingga kemudian direhabilitasi pada tahun 1948. Kemudian pada tahun 1956 BZP sebagai pengelolanya dibubarkan. Sebagai gantinya, didirikan Yayasan Margasatwa Tamansari tahun 1957, atas inisiatif R. Ema Bratakoesoema.

Selain mengurus dan melindungi satwa penghuni kebun binatang, untuk menjaga kelestarian pepohonan, pengelola Kebun Binatang Bandung menargetkan menanam sekitar 50 pohon dalam jangka waktu satu bulan. Sehingga selama satu tahun sedikitnya ada 600 pohon baru yang ditanam. Jumlah ini biasanya terlampaui. Bahkan jumlah pohon yang ditanam bisa mencapai 1.000 per tahunnya. Pohon yang ditanam selain bertujuan untuk menghijaukan dan merindangkan, juga memiliki manfaat sebagai pakan hewan. “Dengan cara ini, kebutuhan pakan hewan diharapkan dapat ditunjang dari hasil tanaman yang ada, sehingga anggaran untuk pakan tidak membengkak,” ujar Rohman Suryaman, dari bagian tata lingkungan Kebun Binatang. Upaya penanaman pohon ini juga menjadi salah satu jalan untuk menwujudkan cita-cita pengelola Kebun Binatang Bandung, yakni menjadikan kebun binatang sebagai “Leuweung Bandung” atau "Hutan Bandung".


Koleksi satwa Kebun Binatang Bandung, 2010.


Kebun Binatang (Jubileumpark)
Lokasi
Jl. Kebun Binatang No. 6 Telp. 2502770
Peresmian
1923 Jubileumpark diresmikan
Tahun Pembuatan
1930 Kebun Binatang dibangun
Luas
± 14 ha
Fasilitas
Museum  Zoologi, wahana permainan anak-anak, wahana gajah dan unta tunggang
Pengelola
Yayasan Margasatwa Tamansari Bandung Zoological Garden
 

Written on: August 2010
A piece of work with a great team, but never officially published. Thanks to all PDR team, for an amazing journey in a short term project. 

14.9.14

Pasar Koran Cikapundung



Pagi buta, saat kebanyakan orang masih lelap dalam balutan hangat selimut, sekelompok orang sudah terlibat dalam hiruk pikuk di Kawasan Cikapundung Timur yang terkenal sebagai bursa koran se-Bandung Raya. Sejak pukul 4.30 mereka sudah sibuk mengangkut, menghitung dan membagi-bagikan koran, tabloid dan majalah yang terbit hari itu kepada sub agen, pengecer dan loper di lapaknya masing-masing. Maklum semua bacaan itu harus sesegera mungkin diantar ke tangan pembaca yang haus berita, sedangkan sebagian lainnya akan dijajakan di jalanan oleh para pengecer, seperti para pedagang asongan.

Agen-agen koran yang mangkal di Cikapundung rata-rata adalah pemain lama. Beberapa agen bahkan sudah menekuni profesi ini sejak tiga puluh tahun lalu. Tak heran jika mereka terlihat akrab satu sama lain dan masing-masing orang hafal setiap lapak berikut nama pemiliknya. Selain itu profesi sebagai agen koran juga bisa dikatakan sebagai usaha turun temurun. Para agen perintis yang sudah tidak muda lagi biasanya menyerahkan usahanya kepada generasi kedua, atau pada anak buahnya.

Salah seorang agen senior yang masih langsung turun tangan mengurus bisnis distribusi koran ini bernama Ridwan Ramdon (74). Dari bibirnya lah mengalir cerita soal bursa koran dan kondisi para agen dari masa ke masa, berikut sejarah berpindah-pindahnya bursa koran dari Stasiun Hall, ke Lanud Husein, hingga sekarang menetap di tepi Sungai Cikapundung. Sebelum tahun 1970, bursa koran Bandung memang tidak memiliki lokasi tetap. Seingat Ridwan, setelah dari Lanud Husein, bursa koran sempat pula berpindah ke Jalan Arjuna, Stadion Sidolig, di belakang dan di depan Hotel Savoy Homann, Sarinah, juga di Cikapundung Barat. “Berkat perantara kavalerilah, akhirnya bursa koran bisa menetap di Cikapundung Timur, seperti sekarang,” ujar dia. Namun lokasi Cikapundung yang berdekatan dengan Gedung Merdeka ini juga masih membuat para agen koran harus siap-siap mengungsi sementara, jika kawasaan Asia Afrika akan dikunjungi para tamu dan tokoh penting dari luar negeri. Biasanya mereka akan mengungsi ke kawasan Banceuy dengan resiko kerepotan mencari sub agen, pengecer dan loper langganan.

Di masa lalu, usaha sebagai agen koran ini cukup menggiurkan. Ridwan mengaku bisa membeli lima rumah, empat motor dan dua buah mobil, dari hasil mendistribusikan koran. Kini ia mengaku hanya mampu meraup keuntungan sekitar Rp 3 juta saja per bulan. Itu pun masih harus ia bagi-bagi lagi. “Dulu bisnis koran ini enak sekali, kita punya waktu tiga bulan untuk setor. Setoran bulan pertama dibayar di bulan keempat, setoran bulan kedua dibayar di bulan kelima. Sekarang tidak begitu lagi, karena dari pengalaman banyak agen yang nunggak, uangnya terpakai untuk ini itu. Jadi mereka punya utang sampai ratusan juta ke penerbit,” papar dia. Oleh karena itu, sekarang diberlakukan sistem kontan, bahkan ada pula yang harus bayar dimuka. Dengan sistem yang dulu, koran yang diambil hari ini boleh dibayar besok. Akhirnya banyak agen yang ditipu oleh pengecer, “Banyak yang ambil koran lalu gak bayar,” kata dia.

Perputaran uang di bursa Cikapundung setiap harinya tidak bisa dibilang kecil. Menurut penuturan salah satu karyawan dari Rahayu Agency yang bernama Thias (30), dalam satu hari agennya akan mendistribusikan surat kabar kepada sekitar 20 sub agen dan 40 loper, dengan omzet mencapai Rp 10 juta. Jika dirata-ratakan tiap agen beromzet Rp 10 juta per hari dan ada sekitar 105 agen dan sub agen yang menginduk ke PASKAM, maka dalam satu hari nilai jual beli di bursa ini mencapai Rp 1 milyar lebih.

Kini bisnis koran cetak harus diakui sudah melalui masa keemasannya. Persaingan keras dengan berbagai media lain, seperti televisi dan internet juga membawa dampak bagi para agen surat kabar. Sekitar tahun 1965, saat heboh peristiwa Gestapu, bisnis koran sangat marema. Orang banyak yang mencari koran, karena ingin mengikuti perkembangan peristiwa tersebut. Namun menurut Ridwan, sekarang tidak demikian. Tidak banyak berita koran yang dapat menarik minat pembaca. “Misal jika ada pembunuhan di Kosambi, maka mungkin yang cari-cari koran, ya cuma orang-orang Kosambi saja. Selain itu meski banyak koran, beritanya juga relatif seragam. Padahal banyak hal yang bisa dijadikan berita menarik, kalau kita tidak takut menulisnya”, ujar dia.

Fenomena laku kerasanya surat kabar dahulu juga terjadi saat pengumuman UMPTN atau yang sekarang dikenal dengan nama SNMPTN. Pada waktu pengumuman SNMPTN belum dapat diunduh melalui internet, Cikapundung Timur selalu diserbu oleh para calon mahasiswa yang penasaran dengan hasil ujiannya. “Dulu, anak-anak yang mau lihat pengumuman SNMPTN pada nyerbu ke sini. Bahkan ada yang kalau namanya muncul di koran, terus bagi-bagi rejeki. Ada yang ngasih Rp 20.000 untuk koran seharga Rp 2.000. Kembaliannya tidak dia ambil. Sekarang mah boro-boro, malah koran didrop terus dibagi-bagikan gratis sewaktu pengumuman,” kenang dia.

Selain persaingan dengan beragam media, surat kabar pun harus bersaing dengan sesamanya. Memasuki orde reformasi beraneka koran menjamur dan mengusung semangat kebebasan pers. Akibatnya persaingan makin sengit dan menurunkan tiras koran-koran yang lebih dulu ada, karena pembaca yang tidak puas dengan koran tertentu, lebih bebas untuk pindah berlangganan koran lain. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi para agen, khususnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, utamanya jangan sampai koran terlambat ke tangan pembaca, serta bagaimana agen membina hubungan yang baik dengan sub agen dan pengecer.

Namun lepas dari pasang surut bisnis surat kabar, kawasan Cikapundung akan tetap dikenang sebagai salah satu bursa koran terbesar di Indonesia yang terletak di jantung kota Bandung. Bursa ini juga tak hanya diperuntukkan bagi sub agen dan pengecer. Mereka yang ingin mendapatkan koran, tabloid atau majalah terbaru dengan harga miring juga akan dilayani dengan baik, bahkan bisa mendapat selisih harga Rp 1.000 atau lebih, dari harga resmi yang tertera untuk tiap eksemplar surat kabar dan majalah
 
Suasana pagi di depan Kantor Paskam, Cikapundung Timur.

Distribusi koran dari agen ke pengecer.

Ridwan Ramdon, salah satu agen senior.


Bursa Koran Cikapundung
Lokasi
Jalan Cikapundung Timur No. 2
Organisasi
Persatuan Agen Surat Kabar dan Majalah (PASKAM), sebelumnya bernama Ikatan Penyalur Surat Kabar dan Majalah (IPSUKAM)
Berdiri
PASKAM lahir 1 November 2006
Anggota PASKAM
105, yang terdiri dari agen dan sub agen


 Written on: October 2010, project with Kania Dewi

After dawn on fasting month, i pick my partner up. We're heading directly to Cikapundung. Yes, it was cold! But this is such a great experience, to watch the crowd and the distribution of newspaper hand by hand. There were interaction, direct interaction! Face to face.. since years ago. It takes time of course. It's not something instant like pressing the keyboard, type the address and press enter.. But here, we meet people, we're asking them, we're trying to get to know them.. And it is something that makes us feel we're "human"..