Empat orang remaja perempuan berteriak-teriak di sebuah perempatan selepas isya. Dua orang berbaju mini, celana pendek, kaus ketat dengan tali bra warna mencolok yang dililitkan ke leher. Seorang dengan celana pendek membawa tas dengan tali hitam-kuning bertuliskan "police line". Dua di antara mereka memegang rokok dan menghisapnya sembari berjalan.
Mereka berkata-kata dengan kosakata khas jalanan kota ini. "Anjingg, tukeuran atuh!" Sayup-sayup terdengar lagi, "Ngaliwat kamana anjing?" Mereka berbicara nyaris berteriak, saat ingin menyebrang di perempatan besar yang nyaris selalu ramai itu.
Dandanan mereka memang menyolok. Dengan make up ala gothic yang terbilang "nanggung", lipstick asal hitam dan rias mata asal hitam, mereka berkeliaran di perempatan. Entah hanya nongkrong, atau sembari mengamen. Gerombolan itu cukup menarik perhatian. Usia mereka mungkin belum genap 15 tahun.
***
Besok malam, gadis bercelana pendek itu muncul lagi di perempatan yang sama. Kali ini ia sendirian. Berlenggak-lenggok di jalanan, entah menyebrang, entah hanya berkeliaran. Entah mencari apa. Sedangkan kami terkesima...
-Soekarno-Hatta, pada suatu malam-