Pernah dengar istilah loper koran? Pasti masih sering. Kalau loper susu? Mungkin sekarang itu adalah istilah yang aneh. Untuk daerah Bandung, mungkin yang kita tahu adalah mang-mang tukang susu murni yang berjualan di komplek perumahan atau sekitar TK/SD. Mungkin ia punya beberapa langganan, tapi mungkin kebanyakan dagangannya dibeli oleh anak-anak atau orang yang sedang ingin minum susu saja. Tidak ada langganan tetap. Sementara pada zaman Belanda dulu, susu murni yang masih segar diantar oleh loper sampai ke rumah-rumah. Tentunya loper-loper ini sudah punya langganan tetap. Bisa jadi sistem pembayaran susu pun dilakukan per bulan, seperti sistem berlangganan koran saat ini.
Kalau Bandung punya Cikapundung yang merupakan tempat dropping koran oleh agen-agen ke pengecer, maka untuk susu segar, kota ini punya BMC atau Bandoengsche Melk Centrale, yang berlokasi di Jalan Aceh. Setiap pagi susu murni dari peternakan-peternakan di Pangalengan diantar ke BMC. Susu segar tersebut kemudian disambut para loper yang siap mengantar berbotol-botol susu ke meja makan tuan dan nyonya, sebagai salah satu menu sarapan.
Saya tidak tahu persis gambaran loper susu pada masa itu. Namun dalam bayangan saya mereka mengayuh sepeda mengelilingi kota dengan kantong-kantong yang menampung botol susu di bagian belakang sepeda. Mereka mengetuk pintu-pintu rumah, atau meletakkan susu di tempat yang sudah disediakan. Kemudian susu-susu tersebut diambil oleh babu-babu yang bekerja di rumah gedong, dihangatkan sebentar, kemudian disajikan di meja makan.
Umur susu segar alami tidaklah lama. Oleh karena itu, harus sesegera mungkin didistribusikan dan dikonsumsi. Apalagi kotak pendingin atau kulkas pun mungkin pada masa itu belum banyak dimiliki.
Sekarang memang sudah banyak teknologi yang digunakan untuk memperpanjang waktu simpan susu. Pasteurisasi adalah proses pemanasan yang paling sederhana. Ada pula susu UHT, atau susu yang dipanaskan dengan temperatur 135-145 derajat Celcius, selama dua hingga lima detik. Dengan metode ini, susu cair akan tahan disimpan enam hingga sepuluh bulan. Kemudian ada metode untuk mengkonversi susu segar menjadi susu bubuk, yang tahan disimpan hingga dua tahun.
Semua teknologi memang memberi manfaat pada manusia, sekaligus juga menghilangkan beberapa aspek sosial. Sejak puluhan tahun lalu, kita tidak lagi menunggu kedatangan loper susu. Tidak ada silaturahmi antara peminum dan pengantar susu. Profesi loper susu pun menghilang. Jika ingin minum susu, kita tinggal mencari penjaja susu murni keliling, datang ke warung atau mini market yang menjual susu UHT, atau menyeduh susu bubuk. Aneka merek susu cair dalam kemasan dan susu bubuk berjajar memenuhi rak-rak supermarket.
Kita juga dijejali berbagai pengetahuan bahwa susu UHT dalam kemasan dan susu bubuk lebih sehat, lebih higienis dan bebas dari bakteri "mematikan". Akibatnya, susu segar kehilangan pasar. Meminum susu segar hasil perahan yang murni dan tidak diolah atau dicampur zat apapun sama dengan memasukkan aneka bakteri ke dalam tubuh kita. Proses pasteurisasi atau memanaskan susu secara sederhana juga belum tentu mampu membasmi aneka bakteri yang terkandung dalam susu. Jadi yang harus kita percaya adalah bahwa untuk mengonsumsi susu sapi yang sehat, kita harus membeli susu merek terkenal yang sudah teruji dan terbukti paling higienis. Apakah semua ini benar atau hanya taktik dagang semata? Mungkin memang benar bahwa susu merek terkenal adalah susu yang higienis dan terjamin mutunya, karena industri pengolahan susu besar hanya menerima susu perahan terbaik dari peternak. Sementara susu kw II kemudian diolah menjadi susu kemasan bermerek tidak terkenal, yang konon rentan dicampur formalin atau bahan kimia lain, demi memperpanjang usia susu. Namun bahkan susu bermerek terkenal pun akhirnya tidak lepas dari isu berbakteri dan berformalin, terutama susu bayi yang marak diberitakan beberapa tahun belakangan.
Untuk yang masih berkesempatan menikmati susu yang benar-benar segar, hasil perahan sang peternak, mungkin tips mengolah susu ini bisa dicoba. Masukkan susu ke dalam panci, lalu campur susu dengan sedikit kopi dan gula, sebagai pemberi rasa dan aroma. Karena susu murni rasanya cenderung lebih enek. Panaskan susu sambil diaduk-aduk hingga mendidih, supaya susu tidak pecah. Kemudian matikan api dan nikmati susu selagi hangat. Susu segar ini akan terasa jauh lebih nikmat, lebih gurih dan lebih kental daripada susu dalam kemasan. Sesudah dikonsumsi dan susu sudah tidak panas lagi, segera masukkan ke lemari pendingin. Susu segar masih layak dikonsumsi hingga beberapa hari ke depan.
Selamat tinggal loper susu...