Kebun Binatang Bandung, 2010. |
Area Kebun Binatang Bandung pada awalnya adalah sebuah taman yang bernama "Jubileumpark". Sejak pendiriannya taman ini sudah banyak mengalami perubahan. Pembenahan terkni dilakukan sejak tahun 2009. Jika dahulu tak jauh dari pintu masuk, kita akan disambut oleh “Si Belalai Panjang”, maka sekarang kandang gajah dipindahkan ke bagian belakang, berikut wahana gajah tunggangnya. Lokasi kandang gajah sebelumnya kini berfungsi sebagai tempat duduk dan bersantai pengunjung.
Demikian pula dengan kandang singa, harimau dan macan tutul. Dahulu kandang hewan buas ini berdampingan satu sama lain, dan dibatasi oleh jeruji besi. Kini, hewan buas yang umumnya termasuk satwa dilindungi ini, dipisahkan sesuai dengan jenisnya. Kandang baru ini terletak di bagian utara. Area kandang terdiri dari kolam dan ruang terbuka yang cukup luas untuk dijelajahi. Adapun ruangan tertutup untuk menaungi satwa di kala hujan. Pembatas antara hewan buas dan pengunjung pun tak lagi berbentuk terali, melainkan kaca tebal. Pembenahan kandang dimaksudkan mendekati habitat asli, agar koleksi Kebun Binatang Bandung merasa lebih nyaman, meski dalam lingkungan fisik buatan.
Selain memiliki koleksi satwa hingga 218 jenis, dengan jumlah 1.135 ekor, Kebun Binatang Bandung juga memiliki koleksi tumbuh-tumbuhan yang tidak sedikit. Tanaman-tanaman langka juga dapat dijumpai di sini, salah satunya Pohon Mahoni Badak yang menjulang hingga 40 meter. Pohon ini tumbuh di lahan dekat gerbang masuk Jalan Taman Sari.
Sejarah Kebun Binatang atau yang dahulu sering disebut “derenten” memang lekat dengan taman botani yang menghimpun aneka tanaman hias dan tanaman keras. Sebelum area ini dimanfaatkan sebagai kebun bintang, tahun 1923 taman diresmikan dengan nama "Jubileumpark" untuk memperingati hari perayaan Ratu Wilhelmina dari Belanda. Dahulu sebuah prasasti yang menandai perayaan ini diletakkan di bagian belakang taman. Kini, seperti nasib enam patung peninggalan kolonial di Kota bandung, prasasti ini tak lagi diketahui keberadaannya.
Tahun 1930, Jubileumpark kemudian berubah fungsi menjadi kebun binatang atas prakarasa Bandung Zoological Park (BZP), yang dipelopori oleh Hoogland, seorang direktur Bank DENIS. Kebun binatang ini kemudian mendapat pengesahan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada tanggal 12 April 1933.
Selama masa pendudukan Jepang dan revolusi, Kebun Binatang Bandung sempat telantar, hingga kemudian direhabilitasi pada tahun 1948. Kemudian pada tahun 1956 BZP sebagai pengelolanya dibubarkan. Sebagai gantinya, didirikan Yayasan Margasatwa Tamansari tahun 1957, atas inisiatif R. Ema Bratakoesoema.
Selain mengurus dan melindungi satwa penghuni kebun binatang, untuk menjaga kelestarian pepohonan, pengelola Kebun Binatang Bandung menargetkan menanam sekitar 50 pohon dalam jangka waktu satu bulan. Sehingga selama satu tahun sedikitnya ada 600 pohon baru yang ditanam. Jumlah ini biasanya terlampaui. Bahkan jumlah pohon yang ditanam bisa mencapai 1.000 per tahunnya. Pohon yang ditanam selain bertujuan untuk menghijaukan dan merindangkan, juga memiliki manfaat sebagai pakan hewan. “Dengan cara ini, kebutuhan pakan hewan diharapkan dapat ditunjang dari hasil tanaman yang ada, sehingga anggaran untuk pakan tidak membengkak,” ujar Rohman Suryaman, dari bagian tata lingkungan Kebun Binatang. Upaya penanaman pohon ini juga menjadi salah satu jalan untuk menwujudkan cita-cita pengelola Kebun Binatang Bandung, yakni menjadikan kebun binatang sebagai “Leuweung Bandung” atau "Hutan Bandung".
Koleksi satwa Kebun Binatang Bandung, 2010. |
Kebun
Binatang (Jubileumpark)
Lokasi
|
Jl. Kebun Binatang No. 6 Telp. 2502770
|
Peresmian
|
1923 Jubileumpark
diresmikan
|
Tahun Pembuatan
|
1930 Kebun Binatang dibangun
|
Luas
|
± 14 ha
|
Fasilitas
|
Museum
Zoologi, wahana permainan anak-anak, wahana gajah dan unta tunggang
|
Pengelola
|
Yayasan Margasatwa Tamansari Bandung
Zoological Garden
|
Written on: August 2010
A piece of work with a great team, but never officially published. Thanks to all PDR team, for an amazing journey in a short term project.
No comments:
Post a Comment