Masih hari kedua..
Dari Palabuhanratu tim direncanakan akan bergerak ke Ujung Genteng melalui Kec Simpenan. Sayang jalan yang akan dilewati longsor, sehingga kami harus memutar jalan, daripada menunggu dalam ketidakpastian. Menurut kernet truk yang akan melewati jalur tersebut, ia sudah menunggu sejak jam 5 pagi dan belum bergerak sama sekali.
Akhirnya perjalanan Palabuhanratu-Ujung Genteng pun harus ditempuh dalam waktu nyaris 5 jam. Sekitar pukul 17.00 kami baru sampai ke Ujung Genteng dan langsung mencari penginapan. Jalan menuju penginapan relatif kecil. Untuk yang baru pertama kali, mungkin kekhawatiran akan menghampiri anda. Namun tenanglah, anda hanya perlu mengikuti jalan utama hingga mentok, kemudian belok lah ke kanan. Jika anda belok kiri, anda akan menuju Tempat Pelelangan Ikan.
Awalnya kami akan menuju Pondok Heksa, namun karena jalan yang harus dilewati cukup mengkhawatirkan (jalan pasir dan mulai amblas), akhirnya kami memutuskan menginap di Pondok Adi saja. Pondok ini relatif lebih dekat ke jalan utama.
Lantai penginapan ini terbuat dari kayu dan tembok dari bilik-bilik bambu, namun cukup nyaman. Jika akan tinggal dalam waktu yang relatif lama, mintalah peralatan seperti kompor pada petugas penginapan. Sedikit tips, tawarlah harga yang diberikan petugas, biasanya anda akan mendapat potongan, apalagi jika anda menginap bukan pada peak season.
Ujung Genteng sebetulnya memiliki banyak pantai yang indah. Ada Pantai Pangumbahan dimana secara rutin dilakukan pelepasan tukik (bayi penyu), ada pula Pantai Ombak Tujuh yang menjadi favorit para peselancar dari luar negeri. Namun pada musim barat (seperti saat kami berkunjung) atau musim penghujan sangat sulit untuk mencapai pantai ini lewat jalan darat.
Karena hari sudah nyaris gelap saat tiba di Ujung Genteng, setelah beres-beres, kami hanya bisa mencari tempat makan malam dalam pekat malam. Maklum aliran listrik di kawasan ini sering putus tiba-tiba. Usai makan, kami segera kembali ke penginapan. Sepanjang malam angin bertiup sangat kencang, hingga sulit membedakan apakah sebenarnya turun hujan atau hanya tiupan angin yang luar biasa kencang saja di luar sana.
Pagi hari, kebetulan ada tukang bubur yang mangkal di depan penginapan. Kami segera sarapan sebelum meneruskan perjalanan. Ternyata pada pagi hari pun angin bertiup sangat kencang. Hangatnya bubur menguap dalam sekejap karena hembusan angin. Setelah sarapan, kami langsung menuju Tempat Pelelangan Ikan untuk mewawancarai beberapa nelayan dan mengetahui bagaimana sebenarnya kondisi perikanan di Ujung Genteng.
TPI Ujung Genteng
Sampai di TPI terlihat beberapa nelayan sedang duduk-duduk santai di bale-bale yang terbuat dari bambu. Ada yang mengobrol. Ada yang asyik bermain catur. Hanya beberapa kios yang beroperasi di pasar ikan. Hampir semua nelayan yang kami temui, mengeluhkan kondisi cuaca tahun ini (2010), dimana hujan nyaris terjadi sepanjang tahun. "Pokoknya tahun sekarang, nelayan kesiksa. Sudah dua tahun tangkapan minim, karena cuaca," ujar Pak Juber, salah seorang pedagang ikan yang juga merangkap nelayan. "Kalau cuaca sedang bagus, biasanya nelayan di sini hasil tangkapannya layur dan kakap," lanjut dia.
Setelah selesai mengobrol, kami melanjutkan perjalanan, meninggalkan TPI, para pedagang dan nelayan yang sedang menunggu dalam ketidakpastian. Apakah akan ada pembeli yang datang? Apakah cuaca akan segera membaik?
***
Tujuan berikutnya.. Sindang Barang.. Jangan lupa mengisi penuh bahan bakar di Surade.. Karena kondisi jalur yang akan ditempuh masih tanda tanya besar ?? (Bersambung...)
No comments:
Post a Comment