Pages

7.1.10

Awas!! Copet Pura-Pura Kram

Dalam rentang waktu seminggu, saya mendengar tiga kasus pencopetan di angkutan kota. Kasus pertama menimpa tetangga saya, kasus kedua teman saya, dan kasus ketiga sepupu saya.

Ketiga kasus tersebut terjadi di sepanjang jalan Soekarno-Hatta Bandung. Modus dalam ketiga kasus serupa. Para copet bekerja dalam komplotan yang berjumlah tiga hingga empat orang laki-laki. Mereka akan naik ke dalam angkot yang sama, meskipun dari tempat yang berbeda. Setelah beberapa waktu berada dalam angkot, membaca situasi dan mengintai korban-korban mana saja yang potensial, mereka mulai beraksi. Dimulai dengan adegan salah satu copet pura-pura kram, kemudian menggoyang-goyangkan tangannya, lalu mencengkram korban dan membuat penumpang angkot lain panik. Sementara itu anggota komplotan lain, akan menggerayangi perhiasan dan barang-barang milik korban.
Pada kasus pertama yang menimpa tetangga saya, komplotan copet berhasil mendapatkan perhiasaan. Komplotan copet itu telah ada dalam angkot sebelum sang wanita naik ke dalam angkot di sekitar MTC menuju Cibiru. Setelah beberapa waktu, aksi kram terjadi dan si copet mencengkram tubuh sang ibu kuat-kuat. Diduga saat itulah anggota komplotan lain melepas paksa gelang emas yang dipakainya. Kemudian komplotan tersebut turun di sekitar Metro.

Setelah para pencopet turun, salah seorang penumpang di angkot, meminta wanita yang dicengkram tersebut untuk memeriksa barang bawaannya. Wanita tersebut mengatakan bahwa ia tidak kehilangan apa pun. Lalu sang supir menyahut, "Ada perhiasan yang hilang?", dan seketika itu pula wanita itu histeris, karena sadar telah kehilangan gelang emas, yang beratnya lebih dari 10 gram, atau bernilai lebih dari Rp 2 juta. Wanita tersebut hanya bisa terkulai lemas sembari mengutuki ulah pencopet.

Penumpang lain kemudian menceritakan dugaannya pada saya bahwa sang supir angkot juga bekerja sama dengan para penjahat, karena ia menjalankan angkot dengan sembrono dan terus mengerem-ngerem, saat komplotan melakukan aksinya. Dan meski ia mungkin sudah hafal ulah komplotan itu, ia tetap tidak berbuat apa-apa.

Kasus kedua yang menimpa teman saya (4/1), terjadi di sekitar Leuwipanjang-Kopo-Caringin. Ia pun kehilangan perhiasannya yang berupa gelang, saat komplotan copet melakukan modus yang sama, yakni pura-pura kram.

Dalam kasus terakhir yang disaksikan sepupu saya, komplotan copet itu tak hanya pura-pura kram, namun juga pura-pura muntah, setelah beberapa waktu naik dari sekitar Pasar Gedebage menuju Metro. Beruntung dalam angkot ada ibu gurunya di sekolah yang sempat mengatakan, "Hati-hati ya!" sebelum ia bergegas turun dari angkot saat komplotan beraksi. Penekanan yang diberikan sang guru saat bicara membuat sepupu saya tersadar bahwa ia sedang berada dalam bahaya. Sepupu saya yang saat itu sedang menggunakan ponselnya, langsung memasukkan ponselnya ke tas dan segera turun dari angkot. Menurut dia, saat ia membayar ongkos pada sang supir, ia melihat seulas senyum penuh arti. Ia pun memaknakan senyum tersebut sebagai senyum kecut dari seseorang yang gagal dapat mangsa.

Apakah sang supir bekerja sama dengan komplotan copet? Ataukah ia kesal karena penumpangnya kabur lantaran ulah para copet, sedangkan ia tidak bisa berbuat apa pun? Wallahualam..
Namun menurut saya persaingan antar angkutan kota yang tidak sehat, belum lagi tak banyak masyarakat yang kini mengandalkan angkot, mungkin telah mendesak para supir melakukan tindakan di luar hal-hal yang dapat kita bayangkan, demi kejar setoran pada majikan..

Tapi memang semua masih dugaan...

Waspadalah para pengguna angkot!! Jangan memakai perhiasan berlebihan, dan segeralah turun dari angkot saat ada orang-orang yang mencurigakan dan mulai kram atau muntah-muntah..

Jangan lengah!!