Pages

14.9.14

Pasar Koran Cikapundung



Pagi buta, saat kebanyakan orang masih lelap dalam balutan hangat selimut, sekelompok orang sudah terlibat dalam hiruk pikuk di Kawasan Cikapundung Timur yang terkenal sebagai bursa koran se-Bandung Raya. Sejak pukul 4.30 mereka sudah sibuk mengangkut, menghitung dan membagi-bagikan koran, tabloid dan majalah yang terbit hari itu kepada sub agen, pengecer dan loper di lapaknya masing-masing. Maklum semua bacaan itu harus sesegera mungkin diantar ke tangan pembaca yang haus berita, sedangkan sebagian lainnya akan dijajakan di jalanan oleh para pengecer, seperti para pedagang asongan.

Agen-agen koran yang mangkal di Cikapundung rata-rata adalah pemain lama. Beberapa agen bahkan sudah menekuni profesi ini sejak tiga puluh tahun lalu. Tak heran jika mereka terlihat akrab satu sama lain dan masing-masing orang hafal setiap lapak berikut nama pemiliknya. Selain itu profesi sebagai agen koran juga bisa dikatakan sebagai usaha turun temurun. Para agen perintis yang sudah tidak muda lagi biasanya menyerahkan usahanya kepada generasi kedua, atau pada anak buahnya.

Salah seorang agen senior yang masih langsung turun tangan mengurus bisnis distribusi koran ini bernama Ridwan Ramdon (74). Dari bibirnya lah mengalir cerita soal bursa koran dan kondisi para agen dari masa ke masa, berikut sejarah berpindah-pindahnya bursa koran dari Stasiun Hall, ke Lanud Husein, hingga sekarang menetap di tepi Sungai Cikapundung. Sebelum tahun 1970, bursa koran Bandung memang tidak memiliki lokasi tetap. Seingat Ridwan, setelah dari Lanud Husein, bursa koran sempat pula berpindah ke Jalan Arjuna, Stadion Sidolig, di belakang dan di depan Hotel Savoy Homann, Sarinah, juga di Cikapundung Barat. “Berkat perantara kavalerilah, akhirnya bursa koran bisa menetap di Cikapundung Timur, seperti sekarang,” ujar dia. Namun lokasi Cikapundung yang berdekatan dengan Gedung Merdeka ini juga masih membuat para agen koran harus siap-siap mengungsi sementara, jika kawasaan Asia Afrika akan dikunjungi para tamu dan tokoh penting dari luar negeri. Biasanya mereka akan mengungsi ke kawasan Banceuy dengan resiko kerepotan mencari sub agen, pengecer dan loper langganan.

Di masa lalu, usaha sebagai agen koran ini cukup menggiurkan. Ridwan mengaku bisa membeli lima rumah, empat motor dan dua buah mobil, dari hasil mendistribusikan koran. Kini ia mengaku hanya mampu meraup keuntungan sekitar Rp 3 juta saja per bulan. Itu pun masih harus ia bagi-bagi lagi. “Dulu bisnis koran ini enak sekali, kita punya waktu tiga bulan untuk setor. Setoran bulan pertama dibayar di bulan keempat, setoran bulan kedua dibayar di bulan kelima. Sekarang tidak begitu lagi, karena dari pengalaman banyak agen yang nunggak, uangnya terpakai untuk ini itu. Jadi mereka punya utang sampai ratusan juta ke penerbit,” papar dia. Oleh karena itu, sekarang diberlakukan sistem kontan, bahkan ada pula yang harus bayar dimuka. Dengan sistem yang dulu, koran yang diambil hari ini boleh dibayar besok. Akhirnya banyak agen yang ditipu oleh pengecer, “Banyak yang ambil koran lalu gak bayar,” kata dia.

Perputaran uang di bursa Cikapundung setiap harinya tidak bisa dibilang kecil. Menurut penuturan salah satu karyawan dari Rahayu Agency yang bernama Thias (30), dalam satu hari agennya akan mendistribusikan surat kabar kepada sekitar 20 sub agen dan 40 loper, dengan omzet mencapai Rp 10 juta. Jika dirata-ratakan tiap agen beromzet Rp 10 juta per hari dan ada sekitar 105 agen dan sub agen yang menginduk ke PASKAM, maka dalam satu hari nilai jual beli di bursa ini mencapai Rp 1 milyar lebih.

Kini bisnis koran cetak harus diakui sudah melalui masa keemasannya. Persaingan keras dengan berbagai media lain, seperti televisi dan internet juga membawa dampak bagi para agen surat kabar. Sekitar tahun 1965, saat heboh peristiwa Gestapu, bisnis koran sangat marema. Orang banyak yang mencari koran, karena ingin mengikuti perkembangan peristiwa tersebut. Namun menurut Ridwan, sekarang tidak demikian. Tidak banyak berita koran yang dapat menarik minat pembaca. “Misal jika ada pembunuhan di Kosambi, maka mungkin yang cari-cari koran, ya cuma orang-orang Kosambi saja. Selain itu meski banyak koran, beritanya juga relatif seragam. Padahal banyak hal yang bisa dijadikan berita menarik, kalau kita tidak takut menulisnya”, ujar dia.

Fenomena laku kerasanya surat kabar dahulu juga terjadi saat pengumuman UMPTN atau yang sekarang dikenal dengan nama SNMPTN. Pada waktu pengumuman SNMPTN belum dapat diunduh melalui internet, Cikapundung Timur selalu diserbu oleh para calon mahasiswa yang penasaran dengan hasil ujiannya. “Dulu, anak-anak yang mau lihat pengumuman SNMPTN pada nyerbu ke sini. Bahkan ada yang kalau namanya muncul di koran, terus bagi-bagi rejeki. Ada yang ngasih Rp 20.000 untuk koran seharga Rp 2.000. Kembaliannya tidak dia ambil. Sekarang mah boro-boro, malah koran didrop terus dibagi-bagikan gratis sewaktu pengumuman,” kenang dia.

Selain persaingan dengan beragam media, surat kabar pun harus bersaing dengan sesamanya. Memasuki orde reformasi beraneka koran menjamur dan mengusung semangat kebebasan pers. Akibatnya persaingan makin sengit dan menurunkan tiras koran-koran yang lebih dulu ada, karena pembaca yang tidak puas dengan koran tertentu, lebih bebas untuk pindah berlangganan koran lain. Hal inilah yang menjadi tantangan tersendiri bagi para agen, khususnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, utamanya jangan sampai koran terlambat ke tangan pembaca, serta bagaimana agen membina hubungan yang baik dengan sub agen dan pengecer.

Namun lepas dari pasang surut bisnis surat kabar, kawasan Cikapundung akan tetap dikenang sebagai salah satu bursa koran terbesar di Indonesia yang terletak di jantung kota Bandung. Bursa ini juga tak hanya diperuntukkan bagi sub agen dan pengecer. Mereka yang ingin mendapatkan koran, tabloid atau majalah terbaru dengan harga miring juga akan dilayani dengan baik, bahkan bisa mendapat selisih harga Rp 1.000 atau lebih, dari harga resmi yang tertera untuk tiap eksemplar surat kabar dan majalah
 
Suasana pagi di depan Kantor Paskam, Cikapundung Timur.

Distribusi koran dari agen ke pengecer.

Ridwan Ramdon, salah satu agen senior.


Bursa Koran Cikapundung
Lokasi
Jalan Cikapundung Timur No. 2
Organisasi
Persatuan Agen Surat Kabar dan Majalah (PASKAM), sebelumnya bernama Ikatan Penyalur Surat Kabar dan Majalah (IPSUKAM)
Berdiri
PASKAM lahir 1 November 2006
Anggota PASKAM
105, yang terdiri dari agen dan sub agen


 Written on: October 2010, project with Kania Dewi

After dawn on fasting month, i pick my partner up. We're heading directly to Cikapundung. Yes, it was cold! But this is such a great experience, to watch the crowd and the distribution of newspaper hand by hand. There were interaction, direct interaction! Face to face.. since years ago. It takes time of course. It's not something instant like pressing the keyboard, type the address and press enter.. But here, we meet people, we're asking them, we're trying to get to know them.. And it is something that makes us feel we're "human"..
 

No comments:

Post a Comment