Pages

27.1.11

Bandung - 1945

Catatan peristiwa di Bandung dan sekitarnya setelah Proklamasi Kemerdekaan:

29 Agustus 1945
Komite Nasional Indonesia mulai berdiri di Kota Bandung. Pada masa ini di tiap kantor dan perusahaan negara didirikan badan pimpinan yang siap sedia menerima tampuk pemerintahan, jika kekuasaan beralih ke Bangsa Indonesia.

27 & 28 September 1945
Kantor Pusat PTT, Jawatan Kereta Api dan Radio telah dikuasai para pemuda pejuang.

28 September 1945, pukul 23.00
Berdasarkan perintah pemerintah pusat, dilakukan pemindahan kekuasan dari tangan Jepang ke tangan pribumi. Untuk menjaga dan memelihara ketentraman dibentuklah Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan polisi diperkuat, juga dibentuk Bagian Ekonomi dan Sosial dan Palang Merah Indonesia.

29 September 1945
Letnan Jenderal Sir Philip Christison, Panglima Tentara Sekutu untuk wilayah Indonesia, bahwa tidak seorang pun Tentara Inggris boleh menindas pejuang kemerdekaan, selanjutnya ia juga masih membebankan tanggung jawab urusan keamanan dan ketertiban Indonesia kepada Tentara Jepang dan Republik Indonesia.

8 & 9 Oktober 1945
Dimulai aksi penyerbuan terhadap gudang-gudang senjata Jepang di lapangan terbang Andir, di Jl. Gudang Utara dan ACW (sekarang PT Pindad). Penyerbuan cukup berhasil, namun sayang, sebelum senjata dapat dikeluarkan seluruhnya, beberapa hari kemudian gudang-gudang ini telah direbut kembali oleh Tentara jepang.

10 Oktober 1945
Terjadi bentrokan pertama dengan tentara Jepang.

11 Oktober 1945
Pimpinan pasukan pejuang telah menentukan rencana untuk menyerbu markas Jepang yang ada di Tegallega. Cara-cara perlucutan senjata terhadap pihak Jepang, juga akan dilakukan melalui perundingan terlbih dahulu, karena sudah diperoleh informasi bahwa mereka sudah sampai untuk menyerahkan senjata secara damai, akan tetapi untuk mempertanggungjawabkan kepada pihak Sekutu, perlu ada rekayasa alasan, ialah adanya penyerobotan dari para pejuang Indonesia.

12 Oktober 1945
Satu brigade Tentara Inggris yang terdiri dari serdadu India dan Gurkha, yang mewakili Tentara Sekutu, tiba di Bandung, menggunakan kereta api. Brigade ini dipimpin oleh Brigadir Jenderal Mc Donald. Kedatangan mereka resmi atas izin Pemerintah RI untuk melucuti tentara Jepang.

13 Oktober 1945
Kota Bandung didatangi tentara Inggris di bawah pimpinan Captain Gray bersama dengan Palang Merah Internasional untuk melucuti tentara Jepang, melepaskan dan mengembalikan tawanan perang.

15 Oktober 1945
Pemimpin tentara Inggris, Jenderal Mac Donald melakukan hubungan dengan pemerintah Indonesia, pukul 10.00 untuk membentuk sebuah Badan Perhubungan.

23 Oktober 1945
Allied Command menyetujui untuk menjalankan segala hal dengan perantaraan Pemerintah Republik Daerah Priangan, dan bersedia pula untuk memberikan bantuannya, namun Allied Command juga mengajukan syarat yang tidak bisa diterima begitu saja.

Menjelang November 1945
Tentara Sekutu sudah mulai aktif menjalankan tugas, baik dalam rangka melucuti Tentara Jepang, maupun dalam rangka memulihkan para tawanan perang dan interniran Belanda.

24 November 1945
Direncanakan sebagai hari penyerbuan Hotel Homan. Serangan akan dilakukan dari arah timur, selatan dan barat. Namun posisi pasukan Republik saat itu sangat buruk, jika dipaksakan mereka justru akan memasuki “killing ground” yang sudah disiapkan musuh. Belakangan muncul kecurigaan bahwa penyerbuan terhadap Homan mungkin merupakan provokasi jahat pihak NICA untuk menjebak dan menghancurkan pasukan Republik.

25 November 1945
Terjadi banjir besar akibat luapan Sungai Cikapundung. Penduduk yang mencoba menyelamatkan diri ke arah kedudukan serdadu-serdadu Gurkha yang bercokol di Hotel Homan langsung ditembaki dari atas bangunan hotel. Banjir ini meliputi wilayah yang luas sekali, terutama di bagian sebelah timur Sungai Cikapundung, sampai ke Karapitan, Buahbatu, Cilentah. Daerah lain yang lebih parah seperti Jl. Wastukencana, Viaduct, Braga, Lengkong Besar dan lain sebagainya.

27 November 1945
Jenderal Mac Donald menyampaikan ultimatum kepada gubernur, supaya rakyat meninggalkan Bandung Utara, yang merupakan wilayah kekuasaan tentara Inggris. Jika masih ada rakyat Indonesia yang masih berada di wilayah tersebut, setelah jam 12.00 tanggal 29 November akan ditangkap dan yang bersenjata akan ditembak.
--Dalam masa ini, wilayah Cicadas sempat dibom dan gudang beras D.K.A di Andir diserbu, karena wilayah Bandung Utara kekurangan bahan makanan.
--Terjadi pertempuran-pertempuran di sekitar Pabrik Kina Jl. Pajajaran, Jl. Riau, Jl. Purnawarman dan Jl. Dago. Hotel Preanger dan Hotel Homan berulang kali menjadi sasaran serangan para pejuang. Demikian pula pinggiran Kota Bandung sebelah timur, mulai Jl. Supratman, melingkar terus ke daerah utara Bandung.

29 November 1945
Meletus pertempuran hebat untuk memperebutkan gedung-gedung, seperti Gedung Pusat PTT, gedung pusat PUT atau Gedung Sate, dan lain-lain. Bangunan-bangunan ini dituntut untuk diguna-sita oleh mereka, karena dianggap berada di daerah kekuasaannya.

3 Desember 1945
Konvoi Tentara Inggris digempur Barisan Pejuang di jalan raya antara Padalarang dan Cimahi.

6 Desember 1945 – Pertempuran Lengkong
Terjadi tragedi yang memilukan di sekitar Jl. Lengkong Besar saat Tentara Inggris mengadakan serangan mendadak dengan alasan untuk membebaskan kamp tawanan orang-orang Belanda di daerah Tun Dorp (Lengkong Dalam).
Serangan diawali dengan pemboman dari pesawat udara, sedangkan serangan di darat dilakukan oleh sepasukan Tentara Inggris, yakni Pasukan Gurkha dan Pasukan Khusus Baret Merah. Diperkuat dengan pasukan tank dan panser. Mereka bergerak dari utara menerobos pos-pos pertahanan kita melaju ke arah selatan.
Pos-pos pertahanan Republik dengan persenjataan yang sangat sederhana, sudah barang tentu bukan lawan yang seimbang terhadap serangan tank dan panser yang dilengkapi senjata penggempur yang sangat ampuh, seperti meriam dan senapan otomatis. Dengan demikian gerak maju pasukan musuh yang melalui pos-pos tersebut seakan tanpa hambatan yang berarti.
Namun, memasuki Jl. Lengkong Besar pasukan republik telah melakukan pemusatan kekuatan. Maka terjadilah pertempuran seru. Gema takbir dari PAsukan Hizbullah disambut dengan berondongan senapan mesin dari atas tank-tank Tentara Inggris. Meskipun demikian, hujan peluru ini tidak mampu meredam semangat juang para mujahidin, justru mereka berlomba menaiki tank-tank baja tersebut, padahal mereka hanya bersenjatakan bambu runcing dan golok saja.
Korban berjatuhan karena disapu dengan tembakan senapan mesin, namun semangat mereka tak surut, apalagi takut, bahkan mereka jadi tambah kalap. Menghadapi perlawanan para pejuang yang demikian gigih ini, tak urung tentara Inggris nyalinya menjadi ciut. Oleh karena itu, mereka minta dibantu dengan serangan udara. Akhirnya dengan mengerahkan segala daya kekuatan dan kemampuannya, barulah tentara Inggris berhasil melindungi pengungsian orang-orang Belanda bekas para tawanan Jepang. Akibat pertempuran sengit ini, menurut laporan PMI, sekitar 84 orang gugur sebagai pahlawan, 181 orang luka berat dan 44 orang luka ringan.

3 Desember 1945
Sebuah konvoi Tentara Inggris digempur barisan pejuang di jalan raya antara Padalarang dan Cimahi.

7 Desember 1945
Tentara Inggris melakukan pembalasan dengan serangan udara. Beberapa bom dijatuhkan di Gadobangkong dan Padalarang.

18-21 Desember 1945
Gedung Villa Isola (Bumi Siliwangi) yang dianggap Tentara Inggris sebagai markas para pejuang untuk sektor utara, ditembaki senjata artileri, sampai rusak berat.

21 Desember 1945
Daerah Sukajadi yang dianggap sebagai daerah persembunyian para pejuang Indonesia dan basis penyusupan ke Bandung Utara, menderita kerugian cukup parah, karena digempur terus-menerus dengan tembakan mortir oleh Tentara Gurkha dan NICA. Sejumlah rumah penduduk juga dibakar hingga musnah oleh pihak musuh.

21-23 Desember 1945
Terjadi pertempuran seru di sekitar daerah Cicadas. Untuk mengakhiri pertempuran yang cukup lama tersebut Tentara Inggris mengerahkan kemampuan pesawat-pesawat udaranya. Tidak kurang dari 15 buah bom berukuran besar dijatuhkan di dalam kota, antara lain Pasar Cicadas yang dijatuhi 2 bom yang mampu membuat lubang di tanah dengan diameter 20 meter lebih.

26 Desember 1945
Perdana Menteri Sutan Sjahrir nyaris terbunuh oleh serdadu Belanda.

29 Desember 1945
Polisi Negara RI di Jakarta dilucuti Tentara Inggris dan dibentuk kepolisian bersama yang disebut Civil Police, yang hanya diperbolehkan bersenjata pistol saja. Maka demi keselamatan Presiden dan Wakil Presiden RI dari ancaman teroris Belanda, pada tanggal 4 Januari 1946 kedudukan Pemerintah Pusat RI dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta.

Sumber:
  • Pedoman Kota Besar Bandung/Jawatan Penerangan Kota Besar Bandung/1956
  • Serpihan-Serpihan Kenangan dalam Perang Kemerdekaan, Episode Anak Bawang Berpetualang, H Tatang Endan, ditulis dalam rangka HUT BLA ke 57.

No comments:

Post a Comment