
Kata-kata di atas mungkin kini terkesan hanya sekadar mempertahankan keaslian bentuk salah satu gedung bersejarah peninggalan Belanda di Bandung yang memiliki arsitektur unik.
Namun jika mau mengingat peristiwa 65 tahun silam, maka maknanya akan jauh lebih dalam dari itu. Mempertahankan Gedung Sate atau yang saat itu dikenal dengan nama Gedung PTT berarti juga mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Saat itu para pemuda pejuang yang bertahan di Gedung Sate sudah dikepung tentara Inggris. Mereka bertekad mempertahankan Gedung Sate dan berharap mendapat bantuan senjata. Namun kekuatan pejuang dan Sekutu yang tidak seimbang menyebabkan Gedung Sate akhirnya jatuh ke tangan tentara Inggris.
Namun untuk memasuki gedung, bukanlah hal yang mudah bagi para mister. Inggris harus melangkahi mayat pejuang yang gugur mempertahankan kemerdekaan, mempertahankan kehormatan sebelum masuk ke dalamnya. Pejuang yang bukan sekadar mempertahankan jabatan berujung tahanan..
Mereka yang gugur diantaranya: Didi Kamarga, Suhodo, Mukhtaruddin, Rana Subengat, Susilo dan Suyono.
Pernah ada darah yang tumpah untuk mempertahankan gedung megah itu..
November '45
*Dikutip dari Buku "Tiada Berita dari Bandung Timur"