Pages

8.5.10

Our Strong Little Girl


Usianya belum genap lima, saat menjalani serangkaian ujian hidup. Berkenalan dengan pria dan wanita yang selalu berbaju putih, bau antibiotik, jarum suntik, selang infus, selang oksigen dan segala pantangan yang katanya demi kesehatan.
Tapi Indira tetap tenang, tak banyak bicara, meski tergolek lemah dan pasrah kapan saja petugas berbaju putih mengambil sampel darahnya. Ia hanya sesekali minta didudukkan, karena sudah jengah berbaring. Ketika sudah diperbolehkan makan dan ditanya mau makan apa, ia menjawab "Mau ayam KFC." Mendengar jawabannya saya tersenyum. Ada perasaan campur aduk saat menatapnya. Saya salut!! Gadis ini kuat..
Indira adalah keponakan dari sahabat saya. Ia didiagnosis mengidap leukemia. Tak ada riwayat penyakit ini dalam keluarga. Sebelumnya Indira hanya pernah terkena malaria. Tidak ada penjelasan yang komprehensif untuk pertanyaan "Kenapa ini bisa terjadi pada Indira?"
Saya hanya satu kali bertemu Indira, itupun di rumah sakit, tepatnya 6 April 2010. Ia tidak tampak seperti anak-anak dengan penyakit berat. Sedikit sekali mengeluh, walaupun ruangan anak di rumah sakit itu jauh dari nyaman, cenderung pengap. Titik-titik bekas jarum suntik nyata di bagian tangan dan kakinya, karena ia harus diambil darahnya secara periodik, untuk mengetahui perkembangan kadar eritrosit, trombosit dan leukosit dalam tubuhnya.
Untuk seorang anak dengan penyakit berat, Indira tidak pernah mengeluh lebih dari keluhan-keluhan orang yang masuk angin. Meski kami juga tidak pernah tahu apa yang sebenar-benarnya ia rasakan.
Kami tidak bisa menanyakan apa yang sebenarnya Indira inginkan. Tapi pada suatu hari gadis cantik ini pernah bicara tentang "pulang". Kepada ibunya, ia mengutarakan pemahamannya tentang Tuhan. Ia menanyakan tentang surga. Ia menyatakan bahwa semua adalah milik Tuhan. Ia jiwa yang tenang. Ia tahu kemana akan pulang. Di antara keinginan dan kepasrahan, doa yang terlantun dari sahabat saya adalah semoga gadis kecil ini sembuh dan mendapatkan yang terbaik dari-Nya.
Usai menjenguk Indira, saya dan sahabat saya pergi makan siang di sebuah restoran cepat saji. Kebetulan.. saat itu pihak restoran sedang menyiapkan acara ulang tahun bagi seorang anak. Saat kami melihat papan ucapan selamat ulang tahun, ternyata yang akan berpesta adalah seorang gadis kecil lain yang juga bernama Indira. Dan kebetulan pula tak lama lagi Indira kami juga akan berulang tahun. Tuhan seringkali menciptakan "kebetulan" yang direncankan. Saat itu kami hanya berharap Indira dapat merayakan ulang tahunnya yang kelima dalam keadaan yang lebih baik.
Tak berapa lama dari hari saya menjenguknya, Indira meminta pulang. Namun dokter belum membolehkan, karena suhu tubuhnya masih tinggi dan ada bercak-bercak di tubuhnya. Namun akhirnya Indira diperbolehkan pulang. Sesampainya di rumah, kondisi Indira jauh membaik, panasnya turun dan bercak-bercak di tubuhnya menghilang. Hari-harinya di rumah ia habiskan bersama adiknya. Salah satu alasannya ingin pulang juga karena kangen pada adik semata wayangnya.
Setelah beberapa hari di rumah, kondisi Indira kembali menurun, tanggal 18 April ia kembali dibawa ke rumah sakit setelah menjalani pengobatan alternatif. Indira sempat menginap semalam di rumah sakit dan rencananya akan mendapat transfusi di pagi hari. Namun ternyata tubuhnya sudah menolak transfusi. Yang Maha Penyayang rupanya sudah menginginkannya "pulang"..
Kaget dan kehilangan. Itulah perasaan yang mewarnai pagi itu, setelah sahabat saya menelfon dan memberi tahu kondisi terakhir Indira. Meski mungkin inilah jalan terbaik yang diberikan Tuhan, bukan hanya untuk Indira, juga untuk semua yang pernah mengenalnya.
Kepergian Indira semakin membuat saya yakin, bahwa semua orang punya waktu untuk pulang. Dan pada saat waktu itu tiba, apakah sudah tahu arah kemana kita akan menuju? Apakah kita bisa bercerita tentang Tuhan dan surga selancar cerita Indira?

Rest in peace Our Lovely Indira. You have won a battle called life and you know where to go next. We hope we can see you high up above..

Indira P. Aulia (2005 - 19 April 2010)
My best friend's (Kania Dewi Natalia) niece

More about Indira
http://littlemebigme.blogspot.com/2010/05/end-of-battle.html

*In the few last months, i met two persons once in my life time, but it seems that they teached me about life. Ironically, i can't meet both of them in this life again. I just can say, "Rest in Peace. C U high up above."

@Kania.. thanks banget buat fotonya.. :)

No comments:

Post a Comment